Laman

Jumat, 04 Januari 2013

#Hilang ...



Aku. Aku kini berteman dengan sepi. Aku yang menjalani hari-hari dengan senyuman. Aku yang selalu ceria dimanapun aku menginjakkan kaki. Aku memiliki banyak teman. Aku selalu menyapa teman-temanku dimanapun kami bertemu. Tertawa. Aku suka sekali tertawa. Entah apa yang aku rasa aku selalu mencoba tertawa. Keceriaan yang orang lain selalu lihat dalam diriku. Mereka berpikir aku selalu bahagia. Tidak. Aku tidak selalu bahagia, tapi mencoba untuk terus bahagia.
Di kala sedang sendiri dan ditemani sepi, aku berpikir. Aku berpikir apa yang hilang dalam diriku. Aku mencari sesuatu itu. Aku selalu merasa ada yang hilang dalam diriku. Ini aku, ya memang aku. Tapi tidak lengkap. Aku merasa seperti ada yang pergi. Selalu aku berpikir dan mencari-cari. Hingga pada suatu saat, aku menemukan sesuatu itu. Sesuatu itu kusebut cinta.
Aku memang aku. Ya, tidak ada yang berubah sedikitpun. Tapi tidak dengan hatiku. Hatiku seperti tidak ada gunanya lagi. Hatiku tak dapat merasakan cinta. Ia seperti sakit. Ia tak ingin bahkan tak dapat lagi untuk membuka pintu dan membiarkan orang lain mengisinya. Aku menyadari ia seperti ini ketika aku meninggalkan seorang laki-laki dan hubungan kami berakhir. Hatiku kehilangan cinta dan meninggalkan luka di dalamnya. Luka yang aku tak tahu kapan dapat sembuh. Memang, Ia merespon baik ketika ada cinta yang datang padaku. Namun kemudian ia menelantarkannya. Ia tak suka, ia tak mau, ia tak sudi untuk membuka hatinya kembali dan membiarkan cinta yang lain masuk. Ia terlalu tertutup. Lalu? Lalu aku harus bagaimana? Sampai kapan aku harus menunggu? Hatiku seakan-akan telah rusak sehingga menelantarkan cinta dan kasih yang berdatangan. Membiarkan cinta dan kasih itu merasakan kecewa. Mungkin kecewa yang cukup besar. Aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku bingung. Aku gelisah. Aku menangis ingin menangis. Aku tak ingin melukai dan mengecewakan perasaan orang lain.
1 minggu. 1 minggu waktu yang aku habiskan untuk dekat dengan seseorang. Setelah itu aku menjauh. Aku menghindar. Aku tak ada rasa apa-apa. Aku tak bisa menjalani kisah cinta baru dengannya. Mengapa? Apa ini karena dia? Apa masih ada bayang-bayangnya? Apa masih ada rasa yang tersimpan untuknya? Tapi untuk apa? Ini semua tidak berguna. Sampai kapanpun, aku dan dia tak dapat menyatu lagi. Hati kami sudah berjauhan. Dia disana, aku disini. Meski begitu, hati ini tetap pada pendiriannya. Tetap tidak mau membuka pintunya. Hati ini hanya terpaku pada yang jauh disana, bukan yang disini selalu menemani.
Tuhan. Entah sampai kapan hati ini begini. Aku tak tahu. Hanya Engkau yang mengetahui semua ini. Aku lelah. Jujur aku lelah bila harus terus hidup seperti ini. Aku selalu mengambil sisi positif. Engkau membuat hatiku seperti ini pasti untuk kebaikanku. Supaya aku tidak dengan mudahnya percaya laki-laki dan membiarkan hati ini menahan rasa sakit. Mungkin ini belum seberapa dengan yang ada jauh di depan nanti. Aku berusaha untuk selalu bersyukur. Aku berpikir Engkau sudah menyiapkan hati yang benar-benar tepat untuk mendatangi hatiku yang enggan untuk membuka pintu. Engkau pasti sudah mengembalikan sesuatu yang hilang itu. Namun aku tak sadar karena aku kurang bersyukur. Kelak, aku akan bahagia. Aku akan bahagia dengan seorang laki-laki yang memiliki hati berisi cinta dan kasih sayang yang tulus untukku. Bukan sekarang, tetapi nanti. Aku yakin itu. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar