Kamu hadir di situ.
Melihat aku. Menjaga setiap cercah pikiranku dari segala yang dapat menghancurkanku.
Kamu pernah bilang, kita hidup untuk mati. Dan mengutip perkataan Rasulullah SAW, kamu tak pernah lelah mengingatkan aku tentang betapa susahnya mengabaikan nikmat dunia.
Hidup itu harus seimbang, kataMu.
Jangan pernah merasa menyesal tidak bisa hadir dalam hura-hura nikmat dunia, hanya karena kamu harus menjalankan ibadah. Kamu yakin, nikmat kehidupan setelah mati nanti jauh lebih hebat daripada saat kita hidup di dunia ini.
Jangan pernah merasa menyesal tidak bisa hadir dalam hura-hura nikmat dunia, hanya karena kamu harus menjalankan ibadah. Kamu yakin, nikmat kehidupan setelah mati nanti jauh lebih hebat daripada saat kita hidup di dunia ini.
Awalnya memang berat. Menyatukan visi dari dua kepala tidak pernah ada kata mudah. Tapi kamu berhasil merangkul egoku untuk meyakini visi-Mu. Seakan tidak ada batasan untuk kesabaranmu dalam mengarahkan aku ke kebaikan-kebaikanMu.
Aku aman terjaga dalam pikiranku saat ini.
Karena kamu.
Kamu yang tidak pernah lelah menghadapi proses itu; proses dimana aku selalu hampir menyerah hadapi egoku sendiri, kemudian sekuat hati enyahkan seluruh itu.
Kamu jagai aku, pikiranku, dengan kasih yang nyata. Kasih yang tidak pernah surut meski sempat tercoreng banyak jelaga.
Karena kamu.
Kamu yang tidak pernah lelah menghadapi proses itu; proses dimana aku selalu hampir menyerah hadapi egoku sendiri, kemudian sekuat hati enyahkan seluruh itu.
Kamu jagai aku, pikiranku, dengan kasih yang nyata. Kasih yang tidak pernah surut meski sempat tercoreng banyak jelaga.
Aku yakin, Insya Allah, bila memang suatu hari itu ada, nyata, aku yakin dengan sepenuh hati dan seizinNya..
Kamu-lah iman(m)ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar