Laman

Senin, 24 Desember 2012

2* Pemuda dan Sosialisasi

Masalah pemuda dan sosialisasi

Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai  satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk  pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah. Berdasarkan  penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial  sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.

Contoh permasalahan :

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Seksi Peserta Didik Direktorat Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Arfah Laidiah, menyatakan perlu adanya dukungan berbagai pihak untuk ikut bertanggung jawab menyelesaikan konflik tawuran yang sedang marak. Bersamaan dengan penggodokan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud), Arfah mengatakan kementerian fokus untuk mendorong sekolah dan orangtua mengembangkan bakat dan minat dari setiap peserta didik.

"Sementara Permendikbud masih dalam proses pengkajian, saat ini dukungan dari kami adalah membina bakat dan minat siswa dari kegiatan-kegiatan mereka. Bahwa para pelajar dapat menjadi lebih mawas diri dan terus meningkatkan prestasinya dari minat dan bakatnya, Saya yakin tawuran akan beres, apalagi banyak pihak yang berpartisifasi mendukung anti tawuran ini, maka mereka semakin percaya diri," katanya kepada wartawan usai menghadiri diskusi publik anti tawuran pelajar di SMA Negeri 54 Jakarta Timur, Jumat (5/10/2012) sore.

Hanya saja, Arfah mengatakan bahwa butuh kesadaran dari generasi muda, terutama pelajar tingkat menengah, untuk menggali bakat dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan yang positif. Kesadaran ini akan muncul hanya dengan dukungan dari orangtua, guru dan sekolah sebagai institusi yang terdekat dalam kehidupan sehari-sehari.

Selain itu, gerakan bersama penanggulangan konflik tawuran membutuhkan inisitif dari para pemangku kebijakan. Inisiatif ini, lanjut Arfah, sedang diupayakan kementerian untuk mendorong semua pihak serius menuntaskan tawuran. Kementerian disebutnya akan terus menggodok peraturan-peraturan yang akan diterapkan bagi pelajar, guru dan sekolah yang terlibat dalam aksi tawuran.

Opini  :
Menurut pendapat saya tawuran merupakan ekspresi kekerasan pelajar. Mungkin ekspresi ini dapat disebabkan beberapa faktor, sepertinya lemah pengasuhan dan ketahanan keluarga, misalnya pendidikan yang tak berorientasi pada pengetahuan. Tawuran  dapat dipicu oleh ketidakkemampuan orang dewasa memahami dunia anak, energi yang tidak tersalurkan dengan baik, dan fasilitas terbatas. Kemudian tekanan sistem pendidikan yang membuat anak stress, pengaruh kelompok atau pergaulan, dan serta kurangnya pemanfaatan waktu luang pelajar. Jadi saya setuju jika waktu luang yang dimiliki para pelajar dimanfaatkan dengan baik misalnya membina bakat para pelajar, agar pelajar tersebut tidak mengikuti tawuran yang sedang marak terjadi

sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar